Hindia ingin lirik dan pesan di lagunya hanya dijadikan satu referensi atau perspektif saja. Untuk pilihan pribadi, ia ingin para pendengarnya lebih percaya pada hati nurani masing-masing.
“Tapi itu beneran, kayak itu di ‘Nabi Palsu’. Intinya adalah jangan dengerin gua, dengerin lo aja. Maksudnya pada akhirnya ini (28 lagu ini) cuman perspektif gua doang,” tuturnya.
Bagi Hindia, pesan dalam lirik setiap musisi hanya bisa dijadikan satu dari sekian banyak pandangan. Di sisi lain, pesan dalam sebuah lagu juga bisa dijadikan sebagai pembanding dari sekian banyak pandangan.
“Kadang-kadang buat gua pembicaraan tentang pesan apa yang dibawakan oleh seorang seniman itu tuh binary banget gitu loh antara iya sama enggak, setuju apa enggak, gak ada tengah-tengahnya, gak ada kayak ruangan buat ngomong kayak ya itu cuman pandangan aja dan itu harusnya masih banyak diskursusnya,” kata Hindia.
“Jadi anggap aja ini tuh kayak cerita, studi banding aja gitu lo liat aja dari jauh,” pungkasnya.(prl).