“Film ini banyak dicari dan ditunggu penonton. Karena animo yang tinggi tersebut membuat kami yakin untuk menayangkan film ini. Dengan kualitas yang bagus, disertai dengan pencapaian seperti pernah terpilih di festival internasional, dapat mewakili bahwa film ini menggambarkan keunikan dari sebuah agama dan disajikan dengan cara yang menghibur, yang dapat memberikan pandangan tentang sisi lain dari agama itu sendiri,” ungkap Muhammad Ivan Pratama, selaku Head of Content Bioskop Online.
Film Pesantren sendiri adalah hasil karya sutradara Shalahuddin Siregar dan merupakan filmdokumenter yang mengajak penonton untuk menyelami kehidupan para penghuni Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, salah satu pesantren tradisional terbesar di Cirebon.
Sekolah berbasis agama Islam yang dipimpin seorang ulama perempuan ini adalah sekolah dan rumah bagi 2000 santri putra dan putri.
Melalui kisah dua santri dan dua guru muda, kita dibawa untuk mengenal lebih dekat kehidupan para santri dan apa yang mereka pelajari.
Awal pembuatan film Pesantren ini sudah terpikirkan sejak 2012 lalu. Sejak sang sutradara menggarap film dokumenter Negeri di Bawah Kabut.
"Salah satu karakter di film dokumenter panjang pertama saya Negeri di Bawah Kabut adalah anak 12 tahun bernama Arifin yang ingin masuk SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri, tetapi orang tuanya tidak mampu menyekolahkan ke sekolah negeri. Akhirnya mereka mengirim Arifin ke pesantren," paparnya.
"Namun ada orang-orang yang menyayangkan keputusan mengirimkan Arifin ke pesantren karena mereka mengira dia akan dididik menjadi teroris. Saya merasa terganggu dengan stigma itu, jadi setelah 2012 saya berusaha mencari bagaimana caranya supaya bisa membuat film tentang pesantren, sambung Shalahuddin Siregar.