"Jadi, hampir semua keluarga saya ngalamin pesantren. Ada yg setahun, tiga tahun," lanjutnya.
Namun, saat ditanya berapa lama ia belajar di pesantren, Akri enggan membeberkannya. Ia hanya menjawab dengan sebuah gurauan.
"Sekadar belajar masak aja, ngeliwet-ngeliwet, Ya, ada nasi tambahin air segini, jangan banyak-banyak. Terus, tambahin ikan tembang gitu masukin air, tutup. Jadi, nasinya enak, ikannya juga enak," tuturnya.
"Jadi, kalau dibilang berapa tahun, malu lah, karena saya nanti dikata, 'Wah pantes’ gitu," sambungnya.
Tapi, ia mengakui bahwa, dulu, ia belajar di pesantren tradisional. Pesantrennya dulu tidak semewah beberapa pesantren modern sekarang.
"Pondok sekarang itu terarah. Kalau zaman saya, memang balai rombeng, biliknya bolong ya biasa. Jadi, enggak seperti sekarang yang masyaallah. Mau masak, mau apa, dulu kan nyari kayu. Kadang, saya kalau mau masak aja nih, saya enggak pakai kayu, nyari yang kering-kering, saking susahnya. Saya kayu basah, plastik-plastik, kumpulin. Nah itu buat masak," pungkasnya. (Cy)