Pasalnya, seorang musisi seriang kali terusik pada komersial lagu dibandingkan kejujuran dalam berekspresi.
"Kendala di industri musik sih sering banget kita, gue sih sempet alamin sih maksudnya dalam sebuah penulisan lagu yang kita express bukan sebuah idealisme atau kekuasaan dalam menciptakan sebuah karya atau menulis sebuah karya melainkan numbers,” ungkap Ardhito Pramono.
“Itu yang kadang-kadang akan mengganggu kinerja kita untuk mampu berpuluh-puluh kali gitu untuk memainkan lagu yang sebenernya kita gak suka dan ngeplease bukan dirinya sendiri. Jadi kendalanya adalah berbohong sama dirinya sendiri sih, karena kalau misalnya kita udah nulis sesuatu kita harus suka dulu baru apresiator baru suka sama apa yang kita suka," sambungnya.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Igditaf yang juga memikirkan segi idealisme dibandingkan komesil dalam lagu.
"Untuk orang-orang kayak aku atau mungkin musisi juga kayak Kak Ditho pasti kita tuh lebih 'ada idealismenya' gitu loh, yang paling penting dari kita itu kan bukan engagement tapi yang penting untuk kita berdua itu community gitu. Maksudnya community kita itu udah pasti mau nerima mau nelen apa aja yang kita kasih makan gitu," ungkap Igditaf.