Foto : Instagram/@felixsiauw

IntipSeleb Lokal – Sebelum dikenal luas sebagai pendakwah, Ustaz Felix Siauw dikenal memiliki perjalanan spiritual yang panjang. Pendakwah yang juga dikenal sebagai penulis itu rupanya pernah tak mengakui adanya Tuhan alias ateis.

Pemikiran yang cukup radikal itu dialami Felix Siauw kala dirinya masih remaja dan ternyata penyebabnya adalah sebuah game. Seperti apa? Yuk simak ceritanya!

Tumbuh dengan Persepsi Buruk Tentang Islam

Foto : Youtube.com/Daniel Mananta Network

Di hadapan Daniel Mananta, Felix Siauw mengungkapkan bahwa dirinya merupakan keturunan Chinese Tionghoa dan besar lama di Palembang. Diakuinya, kala itu, orang-orang Chinese di Palembang memiliki persepsi umum yang kurang baik terhadap Islam.

"Itu wajar, karena aku juga gak suka. Karena mereka melihat orang chinese itu kaya melihat ATM," kata Felix Siauw di kanal YouTube Daniel Mananta Network, Selasa, 10 Januari 2023.

Felix Siauw pun mewajarkan karena ia jarang melihat orang-orang muslim yang bisa dicontoh atau dijadikan legitimasi bahwa Islam yang selama ini dia percaya bukanlah seperti itu.

"Misal ketika janjian orangnya telat, ketika mereka main ke rumahnya rumahnya jorok, mereka tidak passion dalam pekerjaan mereka, dan semuanya. Itu membuat pandanganku terhadap Islam, bukan terhadap muslim sebenarnya. Aku tumbuh dalam kondisi seperti itu," kata Felix Siauw.

Sempat Ateis

Foto : Youtube.com/Daniel Mananta Network

Lebih lanjut, Felix Siauw mengaku tak bertahan dalam persepsi buruk tentang Islam itu. Sebab, saat masuk masa SMP, Felix Siauw mulai mencari kebenaran soal agama dan masalah Tuhan.

Namun, ternyata ia malah punya kesimpulan lain. Meski ceritanya panjang, kesimpulannya, Felix Siauw akhirnya berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada dan salah satu penyebabnya karena games.

"Aku punya kesimpulan kayaknya Tuhan enggak ada. Kayaknya agama itu bohong. Karena aku suka main game,” kata Felix Siauw.

"Game itu yang mengantarkan aku pada kesimpulan seperti itu. Dan, itu seram," lanjutnya.

Ustaz Felix lantas menyebutkan beberapa games Jepang yang ia mainkan. Ia mengungkap bahwa sangking niatnya mengecoh keimanan seseorang, beberapa games itu diproduksi hingga beberapa tahun dengan riset yang detail soal sejarah, kitab suci, maupun psikologi.

"Mereka meramu game untuk membuat satu konsep tentang kebenaran bagi orang-orang yang main game tadi. Aku termasuk yang kena," kata Felix kepada Daniel Mananta.

"Akhirnya aku enggak perlu agama, dong. Aku enggak perlu Tuhan, dong. Karena aku bisa berbuat baik tanpa ada Tuhan," ujarnya.

Pemikiran Felix soal agama akhirnya berubah saat dirinya beranjak dewasa. Saat kuliah, dirinya banyak bergaul dengan teman muslim. Hingga akhirnya ia diajak bertemu ustaz untuk mendiskusikan agama dan tentang Tuhan. Argumen yang dimilikinya selama ini seolah runtuh ketika dibacakan salah satu ayah dalam Al-Quran yakni surah Al Baqarah ayat 23. (rth)

Topik Terkait