IntipSeleb Lokal – Selain syuting, Prilly Latuconsina kini tengah disibukan sebagai dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Ia diketahui mengajar mahasiswa kelas Kajian Selebriti di Departemen Ilmu Komunikasi.
Menjadi seorang dosen, Pemilik nama lengkap Prilly Mahatei Latuconsina mengaku memiliki banyak perubahan di dalam dirinya. Penasaran? Simak artikel berikut!
Tantangan Prilly Jadi Dosen
Prilly Latuconsina mengaku lebih punya banyak waktu untuk belajar materi-materi yang akan disampaikannya kepada mahasiswanya. Selain itu, kedisiplinan menjadi salah satu perubahan yang terjadi di dalam dirinya.
"Perubahannya apa ya, lebih asik saja sih, lebih banyak waktu untuk belajar lagi. Karena menjadi dosen bukan cuma mengajar ya, tetapi kita belajar juga, karena kan bikin materinya sendiri," ungkap wanita berusia 26 tahun tersebut.
"Ketika bikin materi otomatis kita belajar lagi kayak untuk bahan materi yang ingin diajarkan ke mahasiswa. Terus lebih disiplin jadinya bagi waktu sama kerjaan lain juga," lanjutnya.
Menjadi dosen merupakan pengalaman hidup bagi Prilly Latuconsina. Pasalnya, ia bisa berinteraksi dengan banyak orang, bahkan mendapat pengetahuan ataupun ilmu baru.
"Dan lebih banyak pengalaman saja sih, kayak mengajar di depan kelas itu feelnya benar-benar beda sama kalau menghadiri seminar atau webinar, kayak interaksi sama mahasiswa banyak ilmu yang bisa didapat juga," ujarnya.
Tak hanya itu saja, disela-sela kesibukannya Prilly Latuconsina harus mengatur waktu antara membuat materi dan proses syuting. Hal tersebut merupakan tantangan baginya.
"Tantangannya itu bagi waktu sih kayak aku harus bikin materinya, bagi waktu sama syuting, di tengah tengah syuting, terus aku kan mengajarnya di Jogja, jadi, harus bolak-balik Jogja, lusa berangkat lagi," katanya.
Prilly Latuconsina Ungkap Kesulitan Jadi Dosen
Selain itu, menurut Prilly Latuconsina membuat materi adalah salah satu kesulitannya. Pasalnya, ia harus mencari sumber-sumber yang dilandasi oleh teori dan jurnal yang benar.
"Bikin materinya, bikin materinya susah, jadi kita gak cuma sekedar ngajar aja, tapi ya materinya harus bener-bener dilandasi oleh teori yang benar, jurnal yang benar," jelasnya.
"Kan aku untuk bikin materinya aku baca jurnal dulu, terus bagaimana hasil dari baca jurnal dan apa yang aku alami, itu dijadikan satu materi gitu. Karena aku kan dosen praktisi, kadang-kadang mahasiswa itu gak cuma pengen tahu materinya doang, tapi pengen tahu bagaimana mengeplay teori itu di lapangan kerja kan, jadinya harus dibarengin dengan studi kasus yang harus dipilih-pilih juga, gak bisa sembarangan studi kasusnya gitu," tutup Prilly Latuconsina. (rgs)