Foto : Instagram/@anneratna82

IntipSeleb Lokal Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengaku kehilangan segalanya setelah digugat cerai oleh sang istri, Anne Ratna Mustika. Dia pun datang pada sidang kedua perceraiannya dengan Bupati Purwakarta itu, tanpa mengenakan ikat kepala sebagai ciri khasnya.

Dedi mengaku ada filosofi dari ikat kepala khas orang sunda. Jika dipakai di pengadilan tak lagi pantas dan bermakna sama seperti filosofinya. Lantas apa filosofi udeng atau ikat kepalanya? Baca artikel di bawah ini.

Ikat Kepala

Foto : Instagram/@dedimulyadi71

Dedi Mulyadi dikenal sebagai seorang anggota DPR RI yang selalu turun ke lapangan, di daerah pemilihannya. Dia berupaya bekerja untuk rakyat dan membantu permasalahan masyarakat di wilayah pemilihannya.

Ciri khas seorang Dedi Mulyadi adalah selalu mengenakan ikat kepala sebagai budaya orang sunda. Dia tidak pernah perlepas dari ikat kepalanya itu yang memiliki beragam warna dan corak.

Namun ternyata ikat kepala itu gak hanya sebagai pemanis belaka. Ada makna dan filosofi dari sebuah ikat kepala khas orang sunda yang selalu dikenakannya. Ikat kepala itu juga sebagai simbol budaya yang memiliki arti kuat dan sakral.

"Iket Sunda itu memiliki filosofi yang tidak sembarangan. Sehingga, saya tidak menggunakannya saat berada di pengadilan. Tetap tegar. #TetapBekerjaUntukRakyat," kata Dedi Mulyadi, seperti dilansir dari Instagram @dedimukyadi71, Selasa, 1 November 2022.

Berdasarkan penjelasannya dalam instagram pribadinya itu, ikat kepala khas sunda itu memiliki makna kepemimpinan dan maskulin. "Filosofinya, cingcarincing pageuh kancing, set saringset pageuh iket. Apa artinya? Kita ini harus memiliki kewaspadaan, juga ikatnya itu lambang kehormatan dan kepemimpinan," ujar Dedi Mulyadi.

Kehilangan Segalanya

Foto : Instagram/@dedimulyadi71

Setelah digugat cerai oleh sang istri, Anne Ratna Mustika, ternyata Dedi Mulyadi merasakan kesedihan luat biasa hingga selalu membahasnya dalam setiap unggahan media sosial. Bahkan dia juga tak memakai ikat kepala saat menghadiri sidang kedua perceraianya dengan Bupati Purwakarta itu.

Menurutnya ikat kepala tak lagi digunakan lantaran dirinya tak lagi menjadi memimpin. Pengadilan menjadi tempat yang tak lagi pantas untuk dirinya datang mengenakan ikat kepala.

"Karena bagi saya, tempat itu (pengadilan agama) bukan lagi tempat yang melambangkan kehormatan. Saya datang ke situ sudah tidak maskulin lagi, dan saya datang ke situ sudah bukan seorang pemimpin lagi," ujar Dedi Mulyadi.

Dedi pun kembali menegaskan bahwa dirinya sudah kehilangan segalanya saat diceraikan oleh sang istri, Anne Ratna. "Saya menjadi orang yang kehilangan segalanya," ujar Dedi Mulyadi menahan tangis. (bbi)

Topik Terkait