Korea Selatan – Sebuah wadah tip di sebuah toko bagel terkenal di Seoul, Korea Selatan, telah memicu perdebatan nasional tentang konsep memberi tip, yang sebagian besar orang menentang ide menjadikan pemberian gratifikasi sebagai hal yang biasa.
Para kritikus menyatakan bahwa memberi tip dapat menciptakan kebingungan diantara warga Korea Selatan. Lantas seperti apakah informasinya? Yuk, intip di bawah ini.
Perdebatan Tentang Budaya Memberi Tip
Melansir dari The Korea Herald pada Selasa, 3 Oktober 2023, pandangan masyarakat Korea Selatan sangat berbeda dari Amerika Serikat, di mana sekitar 20% dari total pendapatan pekerja di sektor jasa berasal dari tip. Di Eropa, pekerja di kafe dan restoran juga sangat menghargai tip.
Karena tidak ada tradisi memberi tip di Korea Selatan, banyak warga yang kesulitan menentukan jumlah yang tepat ketika mereka bepergian ke luar negeri. Sebagian besar dari mereka bahkan mungkin memberi terlalu banyak tip karena takut melukai perasaan jika memberi terlalu sedikit.
Perdebatan tentang budaya memberi tip di Korea Selatan dimulai pada bulan Juli, ketika sebuah foto kotak tip di samping kasir di sebuah toko bagel di Seoul menjadi viral di media sosial. Kotak tersebut diisi dengan uang kertas dan disebut "kotak tip".
Postingan tentang ini di platform media sosial X menarik perhatian 3,3 juta orang dan dibagikan sebanyak 15.000 kali dalam tiga hari,
Pihak manajemen kafe mengatakan bahwa mereka memperkenalkan kotak tip tersebut setelah pelanggan asing bertanya di mana mereka dapat meninggalkan uang tip untuk staf, tetapi reaksi di dalam negeri sangat negatif.
Beberapa komentar menyatakan bahwa toko tersebut mencoba menghindari pajak, dan ada juga yang bertanya selain biaya pengiriman dan biaya pengambilan, apakah diharuskan memberi tip.
Memberi Tip Dianggap Tidak Sopan
Seorang guru paruh waktu di Seoul, Kim Hyun Jung, mengungkapkan rasa tidak nyaman terkait memberi uang kepada seseorang, yang bisa membuat orang merasa seolah-olah mereka tidak memiliki cukup uang. Hal ini dapat menciptakan rasa empati yang tidak diinginkan atau membuat pekerja merasa dihina.
Selain itu, pemberian tip juga dapat meningkatkan risiko eksploitasi terhadap pekerja (gapjil), di mana pengusaha tidak perlu lagi memberikan upah minimum yang telah ditetapkan oleh hukum jika staf sudah menerima tip.
Di sisi lain Park Yeong Seon, seorang mahasiswa ekonomi di Universitas Perempuan Seoul, sangat menentang budaya memberi tip yang menjadi hal biasa di Korea Selatan dan percaya bahwa tradisi ini tidak akan pernah populer.
Dia berpendapat bahwa budaya memberi tip dapat merusak budaya dan ekonomi Korea yang didasarkan pada nilai-nilai keadilan dan upah yang adil untuk pekerjaan yang setara. (rgs)