Foto : Netflix

IntipSeleb Korea – Lagi ramai menjadi sorotan publik, ternyata ada kisah menegangkan di balik pembuatan dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal.

Sang sutradara sekaligus produser In the Name of God: A Holy Betrayal yakni Cho Sung Hyun menceritakan deretan teror yang diterimanya selama proses pembuatan film.

Sebelumnya, dokumenter yang ditayangkan melalui platform streaming Netflix tersebut juga sempat digugat ke pengadilan karena ditolak penayangannya oleh beberapa kelompok. Berikut selengkapnya melalui ulasan di bawah ini.

Teror Selama Membuat Dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal


Sumber: Netflix

Dirilis secara perdana pada 3 Maret 2023, dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal berlatar kisah tentang sekte sesat di Korea Selatan.

Penonton diperlihatkan bagaimana sejumlah orang mengupas sisi gelap mengerikan dari empat pemimpin di Korea Selatan, yang mengaku sebagai nabi, diantaranya ada Presiden Christian Gospel Missionary Society (JMS), Jung Myung Seok.

Dalam pembuatan dokumenternya, Cho Sung Hyun mendatangkan wanita asal Hong Kong yang menjadi korban JMS. Di tengah proses tersebut, siapa sangka jika Cho Sung Hyun mendapat teror mengerikan yang mengancam keselamatannya.

Ketika aku pertama kali memulai dokumenter ini, aku tidak menyangka akan memakan waktu selama ini (dua tahun) untuk membuatnya,” kata Cho Sung Hyun, dilansir dari Inews24, 7 Maret 2023.

“Dan tentu saja, aku tidak menyangka akan diikuti, diancam, dan diretas selama proses pembuatan dokumenter,” lanjutnya,

Proses Riset

Foto : Netflix

Cho Sung Hyun menemui ratusan orang selama proses pembuatan dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal. Dia juga melontarkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, salah satunya wanita asal Hong Kong bertama Maple yang sempat terjerat dengan sekte tersebut.

“Aku tidak akan pernah berhasil sejauh ini tanpa Pendeta Kim Kyung Jeon, Profesor Kim Do Hyun, dan terutama Maple, yang mulai berbicara ketika semua orang menahan napas,” ujar Cho Sung Hyun.

Sebelum perilisannya, JMS sempat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk pencegah penayangan In the Name of God: A Holy Betrayal. Namun, hal tersebut tidak dikabulkan dan dokumenter tersebut akhirnya dirilis secara global. (hij)

Topik Terkait