Foto : Harper's Bazaar Korea

IntipSeleb Korea – Baru-baru ini, media Korea kembali dihebohkan dengan Jang Ye Chan, seorang politisi yang pernah mencantumkan nama asli IU di fan fiksi (cerita webtoon dan webnovel). Jang Ye Chan dikritik karena karakter dengan nama asli IU, Lee Ji Eun, dijadikan sebagai objek seksuak.

Minta fan fiksinya untuk dihapus, begini komentar dari Jang Ye Chan. Yuk, langsung cek selengkapnya di bawah ini!

Terkait nama asili IU yang dijadikan objek seksual di cerita fan fiksi

Foto : Chosun

Melansir dari Chosun, seorang politisi Korea Selatan, Jang Ye Chan, terseret kontroversi setelah fan fiksinya menggunakan nama asli IU, Lee Ji Eun. Fan fiksi itu telah diunggah beberapa tahun lalu dan kembali menjadi bahan perbincangan netizen Korea.

Fan fiksi Jang Ye Chan itu berjudul Gangnam Huata dan telah dirilis pada tahun 2015-2016. Setelah media membuat penyelidikan, akhirnya diketahui bahwa Jang Ye Chan adalah kandidat Partai Kekuatan Rakyat yang berusia 34 tahun. Gangnam Huata web novel yang mengikuti kisah seorang dokter yang membantu pasien pulih melalui hubungan seksual. Salah satu pasien wanita dalam novel bernama Lee Ji Eun, nama lahir IU, dan karakter tersebut tidak dapat menyanyikan nada tinggi karena nodul pita suara.

Penggemar dan netizen IU mengkritik politisi tersebut karena fan fiksi dan seksualisasi penyanyi tersebut. Alur cerita yang melibatkan karakter Lee Ji Eun juga menyertakan referensi ke lagu hit IU "Good Day", yang dirilis saat ia masih di bawah umur.

Jang Ye Chan juga pernah pakai Kim Hye Soo hingga Krystal f(x)

Foto : Chosun

Di tahun selanjutnya, Jang Ye Chan selanjutnya menggunakan nama selebriti wanita lain dalam novelnya, termasuk Kim Hye Soo, Jo Yeo Jung, dan Krystal dari f(x) yang terkenal. Namun, dia secara terbuka menepis kritik tersebut.

"Film, drama, webtoon, atau novel seperti apa yang bisa dibuat jika masalahnya adalah isi novel fantasi. Apakah semua sutradara, penulis, dan aktor yang membuat atau tampil di film atau drama sekarang pembuat onar sosial? Haruskah penulis webtoon dan novel web dikritik karena konten karya mereka? Jika orang mati dalam novel dan film, apakah itu membuat penulis menjadi pembunuh massal, dan jika ada adegan ranjang, apakah itu berarti ada masalah dengan sensitivitas gender?" katanya dikutip dalam Chosun pada Rabu, 2 Maret 2023.

"Saya bangga dengan sejarah saya sebagai novel web dan penulis webtoon, dan saya akan membuka jalan baru melawan prasangka politisi terhadap seni dan budaya,” tambahnya. (jra)

Topik Terkait