“Sampai mereka memasukkannya (tubuh Lee Jihan) ke dalam freezer dingin, saya mendengar berita tentang 157 nyawa yang berharga tewas dalam bencana tersebut. 'Bu, aku akan pulang setelah makan di Itaewon', katanya kepadaku. Saya menyetrika kemeja putih dan celana hitamnya dan bahkan mengikat tali sepatunya dengan tangan saya sendiri hingga menit terakhir sebelum dia meninggalkan rumah," cerita ibu Lee Jihan yang dikutip melalui BBC Korea News pada Rabu, 16 November 2022.
Ibu Lee Jihan masih bertahan akan pemikirannya mengenai korban di tragedi Itaewon masih bisa diselamatkan, karena kejadian sudah terjadi sejak pukul 18.34 pada tanggal 29 Oktober. Saat itu, ibu Lee Jihan dan beberapa orang lainnya ternyata sudah menghubungi polisi. Sayangnya, mereka tidak mendapat bantuan hingga beberapa jam.
“Anak saya meninggal pada pukul 12:30 pada tanggal 30 Oktober. Waktu dia meminta penyelamatan adalah 18:34 pada tanggal 29 Oktober. Mengapa saya tidak pergi ke sana ketika saya mendengar suaranya di telepon? Berapa banyak anak yang meninggalkan dunia ini karena mereka tidak dapat mengatasi situasi selama berjam-jam? Mereka bisa menyelamatkan mereka semua. Saya yakin tidak ada yang bisa mati," pungkas ibu Lee Jihan dengan nada suara yang bergetar.
Ibu Lee Jihan menyayangkan kebaikan anaknya semasa hidup
Di kesempatan yang sama, ibu Lee Jihan juga menceritakan tentang sifat dan perbuatan anaknya semasa hidup. Ternyata, Lee Jihan kerap kali mengunjungi anak-anak untuk menjadi relawan dan menjadi sinterklas untuk mereka.
“Dia sangat baik sejak dia masih muda, jadi saya memberinya nama panggilan, 'Hyoja' (anak yang baik). Anak saya tidak bisa minum alkohol karena akan ada gatal-gatal di sekujur tubuh. Saya juga mengetahui bahwa dia menjadi Sinterklas dan mengunjungi anak-anak untuk melakukan pekerjaan sukarela. Anak saya sangat baik, dan itulah mengapa saya sangat marah. Saya berharap dia tidak begitu baik seperti itu," cerita ibu Lee Jihan.