Foto : Freepik/jcomp

IntipSeleb – Dari tahun ke tahun, topik aborsi sering menimbulkan perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Di Indonesia sendiri, aborsi hanya dibenarkan pada beberapa situasi, seperti mengatasi masalah kesehatan yang bisa mengancam nyawa janin maupun ibu hingga korban pemerkosaan.

Namun, di baliknya ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, terutama dampaknya pada kesehatan fisik dan mental yang mungkin terjadi. Apalagi seringkali muncul praktik aborsi ilegal yang berbahaya.

Lalu, kira-kira apa saja bahaya dampak aborsi pada tubuh? Scroll untuk informasi selengkapnya!

Apa Itu Aborsi?

Foto : Monash Lens

Sebelum mempelajari dampak negatifnya, kamu perlu tahu dulu tentang arti aborsi itu sendiri. Aborsi merupakan tindakan yang dilakukan untuk menggugurkan kandungan. Kasus aborsi umumnya terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, yang disebabkan oleh berbagai alasan.

Dilansir dari Kehamilan Sehat, aborsi biasanya dilakukan pada trimester pertama, yaitu sebelum usia kehamilan mencapai 22 minggu.

Berbagai metode aborsi dilakukan tergantung pada usia kehamilan. Saat seorang ibu memutuskan untuk aborsi, dokter kandungan harus mempertimbangkan usia kehamilan tersebut sebelum menentukan metode aborsi yang paling tepat.

Ada dua metode aborsi yang umum digunakan, antara lain seperti di bawah ini.

  • Aborsi medis: Metode ini menggunakan obat yang diminum pada awal kehamilan untuk menggugurkan janin. Aborsi medis biasanya tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan di masa mendatang, asalkan dilakukan dengan pengawasan tim medis yang berpengalaman.
  • Aborsi bedah: Ini adalah prosedur pembedahan yang bertujuan untuk mengeluarkan janin dari rahim melalui vagina. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan alat penyedot atau alat kuret. Selain itu, ada juga prosedur dilatasi dan evakuasi (D&E) yang dilakukan pada trimester kedua kehamilan, biasanya setelah usia kandungan melebihi 14 minggu.

Bahaya Dampak Aborsi Bagi Tubuh

Foto : freepik/freepik

Infeksi Radang Panggul

Infeksi radang panggul adalah infeksi yang terjadi pada organ reproduksi wanita. Penyakit ini umumnya terjadi ketika bakteri yang ditularkan melalui hubungan seksual berpindah dari vagina ke rahim, saluran tuba, atau ovarium. Perempuan yang menjalani aborsi berisiko lebih tinggi mengalami infeksi radang panggul.

Pendarahan Berat

Sedikit perdarahan adalah hal biasa setelah aborsi. Pendarahan berat (hemoragik) tidak umum dan dapat diobati dengan pengulangan prosedur pengisapan, obat-obatan, atau dalam kasus jarang, operasi.

Serviks Sobek atau Terpotong

Bukaan rahim mungkin sobek saat diregangkan untuk memasukkan alat medis. Ini terjadi kurang dari satu persen pada aborsi trimester pertama.

Perforasi Dinding Rahim

Alat medis mungkin menembus dinding rahim. Laporan menunjukkan angka satu dari setiap 500 aborsi. Tergantung pada keparahannya, perforasi dapat menyebabkan infeksi, pendarahan berat, atau keduanya. Operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki jaringan rahim, dan dalam kasus paling parah, diperlukan histerektomi.

Aborsi Tidak Lengkap

Terkadang, bagian dari janin atau produk kehamilan lainnya tidak sepenuhnya dikeluarkan dari rahim sehingga memerlukan tindakan medis tambahan. Aborsi tidak lengkap bisa menyebabkan infeksi dan pendarahan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan pendarahan vagina yang sedang hingga berat, disertai nyeri di perut bagian bawah dan/atau panggul.

Penggumpalan Darah di Rahim

Dampak aborsi lainnya adalah penggumpalan darah, yang mengakibatkan kram parah terjadi pada sekitar satu persen dari seluruh kasus aborsi. Gumpalan darah ini biasanya diatasi dengan tindakan kuretase.

Memengaruhi Kesuburan

Jika seorang perempuan mengalami komplikasi akibat aborsi atau telah melakukan beberapa kali aborsi, hal ini dapat berdampak pada kesuburannya di masa depan. Dengan demikian, efek dari aborsi bisa menyulitkan wanita untuk memiliki anak di kemudian hari.

Komplikasi Terkait Anestesi

Seperti prosedur bedah lainnya, anestesi meningkatkan risiko komplikasi terkait aborsi. Risiko komplikasi terkait anestesi dilaporkan sekitar satu per lima ribu aborsi.

Terapi Imunoglobulin Rh

Bahan genetik yang ditemukan pada permukaan sel darah merah dikenal sebagai Faktor Rh. Jika seorang ibu dan janin memiliki faktor Rh yang berbeda, ia harus menerima obat untuk mencegah pembentukan antibodi yang dapat membahayakan kehamilan di masa depan.

Trauma Psikologis

Tak hanya fisik, secara psikologis melakukan aborsi dapat menimbulkan berbagai perasaan, seperti rasa bersalah, kecemasan, malu, stres, bahkan berujung pada depresi.

Itu dia dampak aborsi yang berbahaya bagi tubuh. Kesimpulannya, aborsi adalah keputusan yang kompleks dan dapat membawa berbagai risiko bagi kesehatan tubuh wanita. Penting untuk memahami semua konsekuensi yang mungkin muncul sebelum mengambil langkah ini.

Topik Terkait