Foto : Unsplash/Syed Ali

IntipSeleb – Perhatian dunia sedang tertuju pada Brazil usai Kementerian Kesehatan negara tersebut mengonfirmasi bahwa dua warganya telah meninggal akibat virus Oropouche.

Ini merupakan dua kasus pertama yang tercatat di dunia dalam literatur ilmiah. Apalagi, keduanya terbukti tidak memiliki penyakit bawaan (komorbid), yang berarti kematian mereka disebabkan murni oleh virus Oropouche.

Lalu, sebenarnya apa virus oropouche dan bagaimana cara kita untuk mendeteksi gejalanya? Scroll untuk informasi selengkapnya ya.

Apa Itu Virus Oropouche?

Foto : Unsplash/Fusion Medical Animation

Dilansir dari Pan American Health Organization, Oropouche (OROV) adalah arbovirus yang termasuk dalam keluarga Peribunyaviridae. Virus ini pertama kali terdeteksi pada tahun 1955 di dekat Sungai Oropouche di Trinidad, diikuti oleh beberapa wabah di Brazil menjelang akhir abad lalu.

Pada tahun 2024, lebih dari 7.700 kasus OROV telah dilaporkan di lima negara di Amerika, antara lain Brasil (6.976 kasus pada pertengahan 2024), Bolivia, Peru, Kuba, dan Kolombia (hingga 23 Juli 2024).

Oropouche sendiri merupakan penyakit yang ditularkan melalui vektor, terutama melalui gigitan serangga yang dikenal sebagai nyamuk kecil (Culicoides paraensis). Nyamuk Culex quinquefasciatus juga dapat terlibat dalam penularan ini.

Gejala dan Langkah Pencegahan

Foto : Redcliff Labs

Di bawah ini adalah gejala yang diakibatkan virus oropouche:

  • Demam secara tiba-tiba (38—40 derajat celcius)
  • Sakit kepala hebat
  • Menggigil
  • Nyeri otot dan sendi

Dalam beberapa kasus, gejala dapat mencakup fotofobia (sensitif terhadap cahaya), diplopia (penglihatan ganda), pusing, mual dan muntah yang berkepanjangan serta ruam kemerahan yang dimulai dari badan lalu menyebar ke anggota tubuh.

Dalam beberapa kasus yang lebih jarang, bisa terjadi mata merah, diare, sakit perut parah, dan gejala perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, darah dalam tinja, perdarahan menstruasi yang berlebihan, atau bintik-bintik merah kecil pada kulit.

Gejala ini biasanya berlangsung antara lima hingga tujuh hari, tapi pada sekitar 60% pasien, gejala bisa muncul kembali beberapa hari atau bahkan minggu kemudian dengan gejala yang serupa.

Penting untuk diingat bahwa gejala virus Oropouche mirip dengan penyakit lain seperti demam berdarah, chikungunya, Zika, atau malaria. Oleh karena itu, diagnosis laboratorium sangat penting untuk memastikan penyebab penyakit yang sebenarnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa keberadaan tempat berkembang biak nyamuk di dekat pemukiman manusia merupakan faktor risiko utama penularan virus Oropouche.

Oleh karena itu, langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari gigitan nyamuk. Mengurangi populasi nyamuk melalui penghapusan tempat berkembang biak seperti genangan air serta perlindungan pribadi seperti menggunakan kelambu, pakaian tertutup, dan repelan nyamuk juga bisa dilakukan.

Sayangnya, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) belum ada vaksin untuk mencegah penyakit ini dan pengendalian nyamuk pembawa virus, yaitu Culicoides paranesis, juga masih sulit dilakukan secara efektif dan ramah lingkungan.

Meskipun virus Oropouche merupakan virus baru yang belum banyak diketahui, WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan berdasarkan informasi yang ada saat ini.

Topik Terkait