IntipSeleb – Wilayah Sukolilo, Pati belakangan ini menjadi sorotan publik setelah kasus pengeroyokan terhadap penyedia jasa rental asal Jakarta hingga menyebabkan tewasnya korban berinisial BH (52) di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Pati, pada Kamis 6 Juni 2024 lalu.
Tak hanya itu, tiga rekan korban juga mengalami luka parah hingga koma dan menjalani perawatan medis dan mobil Daihatsu Sigra, mobil milik korban yang digunakan untuk menelusuri mobilnya yang hilang juga dibakar massa.
Kasus viral tersebut pun ramai ditanggapi warganet. Bahkan, nama Sukolilo di Google Maps pun disebut sempat berubah menjadi ‘Kampung Maling’ hingga ‘Desa Penadah’.
Tak hanya itu, Sukolilo juga ramai menjadi sorotan di berbagai platform media sosial, mulai dari Instagram, Facebook, YouTube, TikTok dan menjadi trending topic.
Miris tentunya melihat nama kawasan Sukolilo tercoreng akibat banyaknya kasus serupa. Padahal, bisa dibilang asal-usul Sukolilo Pati terbilang menarik dan positif. Untuk itu, yuk simak asal-usul Sukolilo Pati yang bertransformasi dari kisah Pendiri Mataram hingga dicap sebagai ‘Kampung Maling’!
Asal-usul Sukolilo Pati
Mengutip dari laman Barata Yuda, Sukolilo berakar dari dua kata yakni Suko yang artinya senang dan Lilo yang artinya ikhlas. Harapannya, masyarakat Sukolilo akan memiliki budi pekerti yang ikhlas, saling tolong-menolong dan senang memberi.
Meski belum diketahui secara pasti, namun asal-usul Sukolilo kerap dikaitkab dengan kisah legenda Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan, pendiri kerajaan Mataram.
Pada zaman dahulu, Ki Ageng Pemanahan tengah mencari kakak seperguruannya Ki Ageng Giring. Setelah tiba, Ki Aageng Pemanahan dijamu oleh Nyai Ageng Giring (istri Ki Ageng Giring).
Singkat cerita, Ki Ageng Pemanahan diberi jamuan air kelapa oleh Nyai Ageng Giring. Ketika mengetahui hal tersebut Ki Ageng Giring marah kepada Nyai Ageng. Ternyata air kelapa yang diminum oleh Ki Ageng Pemanahan adalah air bertuah. Konon, air kelapa tersebut akan melahirkan raja-raja Jawa.
Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan untuk menjadikan agar nantinya merelakan anaknya (Ki Ageng Giring) menjadi raja pada keturunan ketiga. Mendengar permintaan tersebut Ki Ageng Pemanahan menolak dan melanjutkan negosiasi, hingga menghasilkan kesepakatan kelak pada keturunan ketujuh menjadi raja di tanah Jawa.
Ki Ageng Giring pun mengantarkan Ki Ageng Pemanahan sampai Tulang Tumenggung atau lokasi penyebrangan aliran sungai Sumber Lawang yang memiliki dua muara di Pati. Talang Tumenggung menjadi saksi ucapan Ki Ageng Giring dan Ki Aageng Pemanahan, hingga menjadi nama Sukolilo.