Foto : Instagram

IntipSeleb – Belakangan ini muncul berbagai istilah yang ditujukan untuk kaum-kaum tertentu, dari “the nuruls” hingga “cici-cici PIK”.

Lalu, sebenarnya apa arti dari istilah cici-cici PIK ini? Yuk scroll untuk informasi selengkapnya!

Arti Istilah “Cici-cici PIK”

Foto : Instagram/nitavior

Istilah ini diyakini berdasarkan kawasan elite di Jakarta Utara, Pantai Indah Kapuk (PIK), yang dikenal tidak hanya dengan keindahan pantainya, tapi juga kehadiran sekelompok perempuan muda beretnis Tionghoa yang akhirnya disebut "cici-cici PIK".

Istilah ini melekat pada perempuan-perempuan berpenampilan casual tapi modis, sering terlihat di kafe dan tempat hangout mewah, dan yang kerap dikaitkan dengan kehidupan glamor.

Namun, di balik istilah tersebut, sebenarnya tersimpan beragam perspektif dan sisi-sisi lain yang mungkin harus kamu ketahui.

Umumnya, "cici-cici PIK" merujuk pada perempuan muda berusia 20—30an yang sering terlihat di area PIK. Berasal dari bahasa Mandarin untuk "kakak perempuan", mereka memiliki gambaran sebagai sosok wanita karier atau business woman kaya raya atau old money.

Stereotip “Cici-cici PIK”

Foto : Instagram/ @btr_meyden

Sama halnya dengan istilah “the nuruls”, "cici-cici PIK" menuai kritik karena dianggap menggeneralisasi seluruh perempuan di PIK berdasarkan stereotip.

Selain itu, istilah ini dianggap fokus pada penampilan dan gaya hidup, alih-alih pada karakter dan nilai-nilai individu yang mereka punya. Tak hanya itu, istilah ini juga dianggap patriarki karena menguatkan nilai-nilai materialisme dan status sosial sebagai tolak ukur kesuksesan perempuan.

Lalu, bagaimana realita di balik istilah dan stereotip terhadap cici-cici PIK ini?

Perlu diketahui bahwa kawasan PIK dihuni oleh beragam kalangan perempuan, tidak hanya mereka yang bercitra "cici-cici PIK". PIK juga menjadi wadah bagi profesional muda, wirausahawan, dan perempuan berprestasi dengan latar belakang dan aspirasi yang beragam.

Mengelompokkan seseorang berdasarkan stereotip dan kawasan tempat tinggal mereka hanya akan menutup mata pada keunikan dan keragaman setiap orang.

Oleh karena itu, penting untuk menilai setiap orang berdasarkan karakter, nilai-nilai, dan kontribusinya, terlepas dari label dan stereotip yang mungkin melekat. (bbi)

Topik Terkait