Selama periode kemerdekaan Indonesia, Karanganyar menjadi saksi sejumlah peristiwa bersejarah. Pada tahun 1949, pasukan Indonesia melibatkan diri dalam perang gerilya melawan tentara Belanda yang berusaha mempertahankan kendali atas Indonesia. Perjuangan untuk kemerdekaan mengakibatkan perubahan signifikan di wilayah Karanganyar dan seluruh Indonesia.
Dijuluki Kota Intanpari
Julukan "Kota Intanpari" berasal dari sejarah yang berhubungan dengan berdirinya Karanganyar sebagai kabupaten pada tahun 1946. Nama ini diambil dari kata "intan" yang berarti permata dan "pari" yang merujuk pada keris khas Jawa. Keris adalah senjata tradisional Jawa yang memiliki makna simbolis dalam budaya Jawa, mencerminkan kekuatan dan keagungan.
Nama "Intanpari" memberi tahu tentang kekayaan budaya dan sejarah Karanganyar, serta keberanian dan semangat masyarakatnya. Ini adalah penghormatan terhadap tradisi seni, kerajinan, dan kepandaian lokal, serta kekayaan alam yang dimiliki wilayah ini. Karanganyar terkenal dengan produksi keris yang berkualitas, serta seni dan budaya yang berkembang di wilayah ini.
Selama beberapa dekade terakhir, Karanganyar terus berkembang sebagai pusat ekonomi dan kebudayaan di Jawa Tengah. Pariwisata menjadi salah satu sektor penting dalam perekonomian daerah ini, dengan banyak tempat wisata alam, budaya, dan sejarah yang menarik pengunjung dari dalam dan luar negeri.
Kota Intanpari" muncul sebagai simbol kekayaan budaya, sejarah, dan semangat masyarakatnya. Karanganyar adalah contoh yang menginspirasi tentang bagaimana sejarah dan budaya dapat menjadi elemen kunci dalam identitas dan perkembangan sebuah wilayah.