Kini, ditemukan bukti bahwa dalam gelarnya sebagai 'Bapa Tuhan' yang mungkin menyiratkan bahwa Ay adalah ayah mertua Akhenaten, Aidan Dodson, tulis seorang profesor Egyptology di University of Bristol di Inggris dalam buku Amarna Sunset: Nefertiti, Tutankhamun, Ay, Horemheb, and the Egyptian counter-reformation (Universitas Amerika di Kairo Press, 2009).
Surat-surat kuno menunjukkan bahwa janda Tutankhamun, Ankhesenamun, sangat ingin mencegah Ay menjadi Firaun dan meminta orang Het, sebuah kerajaan yang berbasis di Anatolia (Turki modern), untuk mengirim seorang pangeran yang dapat menikahinya untuk bisa memerintah Mesir.
Kemudian Raja Het, Suppiluliuma I, merasa sulit untuk percaya bahwa orang Mesir akan mengizinkan seorang Het menjadi firaun. Akan tetapi akhirnya Raja Het mengirim salah satu putranya, Zannanza ke Mesir yang ternyata dia meninggal dunia dalam perjalanan atau setelah memasuki Mesir.
Dodson mencatat bahwa kemungkinan kematian Zannanza disebabkan oleh sebab alami karena catatan sejarah menunjukkan adanya wabah di daerah yang akan dia lalui. Namun, ada kemungkinan juga bahwa Zannanza dibunuh, tulis Dodson dalam bukunya serta Tyldesley mencatat bahwa tidak mungkin orang Mesir akan menerima seorang pangeran Het sebagai firaun.
Pergantian Pemerintah Firaun Ay
Usut punya usut, pemerintahan Ay singkat, tidak lebih dari beberapa tahun. Akhir dari pemerintahan Ay juga kontroversial. Penggantian tahtanya yang tidak berkerabat, Horemheb (dieja Haremhab), menodai makam Ay, menghapus nama dan gambar Ay dan istrinya, Tey (dieja Tiy).