Foto : Ummid.com

IntipSeleb Gaya Hidup – Belakangan ini publik digegerkan dengan proyek The Mukaab di Arab Saudi. Proyek bangunan gedung super megah berbentuk kubus yang disebut-sebut mirip Ka’bah.

Proyek yang kontroversial itu rencananya akan selesai dibangun pada 2030 mendatang. Lantas, untuk apa bangunan itu dibuat? Dilansir dari laman Viva, setidaknya ada 3 alasan bangunan mirip Ka’bah didirikan di Arab Saudi.

1. Menjadi Pusat Pariwisata dan Investasi Regional

Foto : middleeastmonitor.com

Arab Saudi ingin mengubah fokus mereka yang selama ini hanya ke turis muslim ke non muslim. Sehingga pembangunan ini dilakukan untuk memenangkan lomba melawan Dubai dan ibu kota Qatar, Doha, yang sebelumnya mencoba memposisikan diri sebagai pusat pariwisata dan investasi regional.

"Menjadi yang kedua dalam lomba selalu merupakan tempat yang sulit untuk memulai ketika Anda ingin menjadi pemimpin," kata Direktur Program Kebijakan Teluk dan Energi di The Washington Institute, Simon Henderson.

"Mereka telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk tidak menarik pengunjung asing non-Muslim," tambahnya lagi.

Mengutip Global Destination Cities Index yang dirilis oleh Mastercard, Arab Saudi selama ini berhasil memperoleh pendapatan sebesar US$20 miliar atau Rp300 triliun, dari turis Muslim pada tahun 2018 melalui penyelenggaraan ibadah haji.

2. Visi Arab Saudi 2030

Foto : www.freepik.com/@wirestock

Saat Raja Salman menjadi pemimpinnya di tahun 2015, Arab Saudi mengumumkan Visi Saudi 2030. Visi ini berisi gambaran perekonomian baru Arab Saudi di tahun 2030.

Dalam visi itu, Raja Salman menginginkan agar ketergantungan negara itu terhadap migas dikurangi dan sektor ekonomi terdiversifikasi. Sebagaimana diketahui, Arab Saudi dikenal sebagai negara yang ekonominya bergantung dengan minyak.

Jadi, saat ini Arab fokus membangun pariwisata untuk mencapai target menjadi salah satu pilar ekonomi di masa yang akan datang. Harapannya, sektor pariwisata akan menjadi penyokong PDB kedua setelah minyak.

3. Diversifikasi Minyak

Foto : Pinterest/Flickr

Banyak pendapat yang menyebut bahwa energi fosil, termasuk minyak yang menjadi andalan Arab Saud mulai ditinggalkan. Minyak akan jadi salah satu yang paling banyak mengalami penurunan permintaan.

Selain itu, Arab Saudi dikenal penyumbang emisi karbon terbesar kedua di daerah timur tengah setelah Iran. Menurut IEA (The International Energy Agency), dalam "Outlook Energy 2021", tingkat permintaan minyak akan turun hingga 104 juta barel per hari (mb/d) pada pertengahan 2030-an. Ini kemudian turun sangat sedikit hingga 2050.

Pada tahun 2030 dan 2050, permintaan minyak untuk jalan transportasi menurun lebih dari 2 mb/d secara global. Tahun 2030, 15 persen mobil penumpang di pasar menguasai mobil listrik dan meningkat menjadi 30 persen pada tahun 2050.

Berdasarkan data BP Statistical Review, Arab Saudi memiliki cadangan minyak sebesar 297.500 mb dan menjadi negara yang memiliki cadangan terbesar kedua di dunia dengan porsi 17,2 persen dari total cadangan minyak dunia. Negara ini berada di urutan kedua dengan produksi 11.039 mb/d.(prl).

Topik Terkait