Hewan-hewan tersebut dikuliti dan kulitnya dijadikan cambuk. Setelah itu, pria yang telanjang tadi berlari ke bukit untuk mencambuk wanita mana pun yang ia temui.
Mereka percaya tradisi mencambuk tadi bisa meningkatkan kesuburan wanita. Kemudian, nama wanita yang dicambuk tadi akan ditulis dan diundi.
Lelaki akan memilih secara acak nama wanita tersebut. Kemudian, sang wanita dipaksa untuk gabung selama festival Lupercalia berlangsung menemani seorang pria yang memilihnya.
Jika cocok, maka akan langsung dinikahkan pada hari tersebut. Namun, jika tidak cocok, mereka akan berpartisipasi lagi tahun depan di festival tersebut.
Saat penyebaran agama kristen di Roma, Paus Galasius 1 menentang acara ini sehingga kekerasan dan pelecehan di acara ini lambat laun mulai ditinggalkan. Para penyair seperti Shakespreare mempopulerkan hari Lupercalia sebagai hari cinta dan dari situ sejarah kelam soal Lupercalia berganti jadi romansa.
Nama Lupercalia sendiri berasal dari serigala betina yang bernama ‘Lupa' dan dipercaya telah mengasuh pendiri Romawi. Selain itu, nama ini diambil dari dewa kesuburan Romawi ‘Lupercus'.