Selain itu, Imlek ternyata berasal dari ‘Yin-li’ yang jika dalam bahasa Mandarin berarti Kalender Bulan atau Lunar. Namun, nyatanya kalender Imlek adalah kalender Lunisolar karena harus menyesuaikan hari Imlek dengan jatuhnya musim.
Tahun baru Imlek di Tiongkok sebenarnya jatuh pada Februari karena memiliki negara dengan empat musim. Sementara di Indonesia, sebutan orang-orang Tiongkok dengan chunjie tidak cocok digunakan karena tidak mengalami musim semi, sehingga yang tepat disebut dengan Tahun Baru Imlek.
Simbol Hujan Identik dengan Imlek
Menurut Dosen Jurusan Arkeologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmi Prihantoro mengungkapkan bahwa turunnya hujan pada perayaan Imlek berkaitan dengan musim di Indonesia. Namun, selain dipengaruhi karena musim dingin, turunnya hujan saat Imlek juga memiliki filosofis dan maknanya.
Masyarakat China juga meyakini bahwa hujan merupakan tanda keberkahan. Selain itu, Imlek juga memiliki simbol keberuntungan dengan turunnya hujan.
Karena masyarakat Tionghoa dahulu kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani maka turunnya hujannya adalah suatu keberkahan. Tak hanya itu, mereka juga akan mengadakan ritual dengan makan makanan seperti onde-onde.