Sofie menilai, koleksi terbarunya bersama Vie Silvi mendapat respons positif dari pecinta fesyen Tanah Air karena terinspirasi dari budaya Dayak, seluruh konsep hingga bahan material produk ini diambil dari Kalimantan. Terutama material kain baik yang berbahan tenun, katun, satin, hingga sutra tafetta.
"Material bahan kain ada tenun khas Kalimantan dengan pewarnaan alam berbulan-bulan. Kebanyakan kalau memakai kain tenun kan sayang kalau dipotong yaa. Di sini saya buat kain tenun menjadi baju dengan look kekinian. Jadi tetap dipotong tapi dengan garis tegas, dan dikombinasikan dengan kain print dayak," ungkap fashion designer yang mengawali karir dari seorang tukang jahit ini.
Untuk warna, dia memilih tampilan yang lebih natural dan alami, seperti warna hitam, cokelat, dan keemasan.
Pilihan warna itu juga menampilkan look yang lebih elegan dan berkarakter. Alumnus sekolah busana Susan Budihardjo ini menambahkan, meski terinspirasi dari etnis lokal, tampilan karya busananya diterjemahkan dalam gaya urban dan modern, serta dikeluarkan dalam jenis ready to wear yang mudah dipadu padankan.
Karya kolaborasi Rose.Ma.Lina x Sofie meluncurkan 30 look dengan konsep ready to wear. Market segmen untuk koleksi terbaru ini, menyasar usia produktif di atas usia 25 tahun.
Dia turut menyatakan hanya memproduksi sekitar satu lusin di setiap motifnya, dengan harga mulai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per produk.
Sofie yang telah menggeluti dunia fashion design sejak 1990-an ini menyebut, tampilan etnik dan budaya daerah dalam karya busana dapat memperkaya ragam mode dalam industri fesyen nasional.