IntipSeleb – Indonesia akhir-akhir ini menghadapi jejak digital para pejabat yang kurang mulus. Para pejabat, yang seharusnya menjadi contoh masyarakat, malah memiliki bukti atas pernyataan mereka yang kurang sopan.
Seperti Ridwan Kamil, Calon Gubernur Jakarta, yang ketahuan men-twit hal-hal tak senonoh hingga berbau sensual di akun X (sebelumnya Twitter) miliknya.
Kemudian, netizen menemukan dugaan jika Gibran Rakabuming Raka memiliki akun Kaskus dan beberapa akun lain di berbagai forum media sosial. Di Kaskus, akun terduga Gibran tampak menghina Prabowo Subianto, menjelek-jelekkan buruh, dan banyak lagi.
Oleh karena itu, jejak digital pada hakikatnya sangat berbahaya. Mengapa? Melansir Greek Reporter, Tech Target, dan sumber lainnya, inilah bahaya dari Jejak Digital!
Apa Itu Jejak Digital?
Jejak digital adalah jejak data yang ditinggalkan oleh aktivitas online seseorang. Jejak ini mencakup berbagai hal seperti:
- - Situs web yang dikunjungi
- - Pencarian yang dilakukan
- - Posting dan interaksi di media sosial
- - Pembelian online
- - Email yang dikirim
- - Aplikasi dan perangkat yang digunakan
Data ini dikumpulkan oleh situs web, aplikasi, dan perusahaan, yang kemudian dapat digunakan untuk membuat profil yang sangat rinci tentang individu tersebut. Jejak digital dapat mengungkapkan banyak informasi tentang minat, kebiasaan, dan identitas seseorang.
Terdapat dua jenis utama dari jejak digital:
1. Jejak digital aktif: Dibentuk ketika seseorang secara sengaja membagikan informasi secara online, seperti memposting di media sosial atau mengisi formulir online.
2. Jejak digital pasif: Terbentuk tanpa disadari, misalnya ketika sebuah situs web melacak aktivitas penelusuran pengguna atau data lokasi yang dikumpulkan dari ponsel pintar.
Pentingnya Mengelola Jejak Digital
Jejak digital seseorang dapat membawa dampak yang signifikan, baik positif maupun negatif, antara lain:
- - Pemberi kerja mungkin akan meninjau keberadaan online kandidat selama proses perekrutan.
- - Pelaku kejahatan bisa memanfaatkan informasi pribadi untuk penipuan atau pencurian identitas.
- - Berbagi terlalu banyak informasi secara online dapat menciptakan kesan yang kurang baik.
- - Jejak digital yang dikelola dengan baik dapat membantu dalam hal reputasi, prospek pekerjaan, dan lainnya.
Untuk mengurangi risiko, penting bagi kamu untuk berhati-hati dengan apa yang dibagikan secara online, menggunakan pengaturan privasi, dan sesekali mencari namamu di internet untuk melihat informasi apa yang tersedia secara publik.
Mengapa Jejak Digital di Media Sosial Bisa Berbahaya
Jejak digital, yang merujuk pada jejak data yang dihasilkan dari aktivitas online seseorang, termasuk postingan di media sosial, interaksi, dan konten yang dibagikan, memang memiliki beberapa manfaat seperti memperkuat personal branding. Namun, jejak digital juga membawa risiko yang tidak bisa diabaikan. Berikut beberapa alasan mengapa jejak digital berbahaya:
1. Kerusakan Reputasi
Konten yang tidak pantas atau kontroversial yang dibagikan di media sosial dapat merusak reputasi individu, terutama jika dilihat oleh calon pemberi kerja, institusi pendidikan, atau publik. Meskipun postingan telah dihapus, ada kemungkinan masih tersimpan di cadangan data atau tangkapan layar yang disimpan orang lain.
2. Masalah Privasi
Platform media sosial mengumpulkan dan menyimpan data pengguna, yang bisa diakses oleh broker data, pengiklan, peretas, dan pelaku kejahatan siber. Berbagi informasi pribadi secara berlebihan dapat menyebabkan pencurian identitas, perundungan siber, atau bentuk pelecehan online lainnya.
3. Iklan yang Ditargetkan
Pemasar dapat menggunakan jejak digital seseorang untuk membuat profil yang terperinci dan menargetkan mereka dengan iklan yang dipersonalisasi berdasarkan aktivitas dan preferensi online mereka. Ini dapat terasa mengganggu dan mengancam privasi.
4. Risiko Peretasan
Peretas dapat memanfaatkan informasi dari jejak digital seseorang untuk mendapatkan akses tanpa izin ke akun-akun mereka, meluncurkan penipuan phishing, atau melakukan pencurian identitas. Kebiasaan menggunakan kata sandi yang lemah dan berbagi rincian sensitif secara online dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan ini.
Untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan jejak digital, penting bagi kamu untuk berhati-hati dengan apa yang kamu bagikan di media sosial, menggunakan pengaturan privasi yang tersedia, dan secara berkala mencari namamu secara online untuk melihat informasi apa yang dapat diakses oleh publik. Mempertahankan citra online yang positif sambil melindungi privasi adalah hal yang sangat penting di era digital saat ini.