Foto : Theguardian.com

IntipSeleb – Merdan Ghappar tengah menjadi sorotan usai mengirim video dan serangkaian pesan teks soal sistem penahanan di Xinjiang, China. Model Uighur itu juga bercerita bahwa dia menghabiskan berhari-hari dalam belenggu dan kepalanya ditutup dengan karung di dalam penjara.

Kesaksiannya ini membuat gempar media sosial. Bahkan, pemerintah China akhirnya buka suara untuk penahanan Merdan. Yuk simak artikelnya!

Baca Juga: Potret Awal Karier Guli Nazha, Aktris Uighur Saingan Dilraba Dilmurat

Akui Kepalanya Ditutup


Sumber foto: wionews.com

Merdan Ghappar mengirim video dan pesan teks kepada keluarganya di bulan Februari 2020 lalu. Pesan-pesan tersebut menawarkan kesaksian yang langka dan terperinci dari sistem penahanan teraman dan rahasia di Xinjiang. Dalam akun tersebut, Merdan memperlihatkan 18 hari yang diisi oleh belenggu dan kepalanya ditutup oleh karung bersama 50 orang lainnya di penjara. 

Model 31 tahun itu mengatakan bahwa dia juga diisolasi di pusat pencegahan epidemi, tempat ia merekam video tersebut. Pihak kerabat mengatakan bahwa dia dibawa secara paksa ke Xinjiang pada bulan Januari setelah menyelesaikan hukuman 16 bulan karena pelanggaran narkoba di kota Foshan, China Selatan, tempat dia tinggal dan bekerja.

Dalam video terlihat bahwa Merdan terduduk diam di pusat pengendalian epidemi, dengan baju kotor dan pergelangan tangan kirinya terborgol ke tempat tidur. Dia juga menyebut bahwa mendengar suara teriakan dari tempat lain di penjara polisi.

“Suatu kali aku mendengar seorang pria berteriak dari pagi hingga sore," kata Merdan dilansir IntipSeleb dari BBC pada Selasa, 18 Agustus 2020.

Kantor Pers Xinjiang Buka Suara


Sumber foto: bbc.com

Setelah lebih dari dua minggu pihak BBC mengirimkan daftar pertanyaan ke pihak berwenang China, kini tanggapan datang dalam bentuk pernyataan tertulis oleh kantor pers pemerintah Xinjiang. Dikatakan bahwa Merdan ternyata melakukan tindakan merugikan diri sendiri.

“Menurut pasal 37 Undang-Undang Penjara Republik Rakyat China, pemerintah akan membantu para tahanan yang dibebaskan untuk dimukimkan kembali. Selama pemindahan, Merdan Ghappar melakukan tindakan merugikan diri sendiri dan tindakan berlebihan terhadap polisi. Mereka mengambil tindakan hukum untuk menghentikannya dan mencabut tindakan tersebut begitu suasana hatinya telah stabil,” bunyi pernyataan tersebut.

Pihak BBC pun akhirnya mengirimkan pernyataan ini pada paman Merdan, Abdulhakim Ghappar. Merdan juga tidak dikembalikan ke tempat tinggalnya di Foshan melainkan disuruh untuk menetap di Kucha, Xinjiang.

“Jika polisi ingin mengatur bantuan agar dia dimukimkan kembali untuk bekerja atau semacamnya, mereka seharusnya membantunya di Foshan karena dia bekerja di sana, dia punya rumah di sana. Jadi, dia seharusnya tidak dikirim kembali ke Kucha dengan paksa,” kata Abdulhakim.

Pemerintah Enggan Bahas Kekerasan


Sumber foto: bbc.com

Menurut laporan, tidak ada tanggapan pemerintah Xinjiang yang membahas soal kondisi di kantor polisi lokal Kucha. Padahal, tempat itu dikenal dengan kepadatan yang berlebihan, pemukulan, kondisi tidak sehat, pembagian delapan set peralatan makan untuk 50-60 orang. Darren Byler seorang antropolog di University of Colorado telah menelaah terkait orang Uighur.

“Pesan dari otoritas negara China ini mencerminkan jenis perilaku menyalahkan korban yang sering dilakukan polisi saat ketahuan menggunakan kekerasan berlebihan,” ujar Darren setelah melihat pesan teks tersebut.

Diketahui bahwa video tersebut beredar ketika Merdan mendapatkan kembali ponselnya saat di pusat pencegahan epidemi. Pihak keluarga juga meyakini bahwa Merdan tidak mungkin menyakiti dirinya sendiri. Hingga saat ini kasus tersebut masih dalam proses pemeriksaan.

“Aku tidak percaya ia menyakiti dirinya sendiri, aku pikir China menyakitinya dan sekarang aku pikir mereka ingin mencari alasan untuk apa yang mereka lakukan padanya," kata Abdulhakim Ghappar, paman Merdan Ghappar.

Baca Juga: Pengakuan Guli Nazha, Aktris Etnis Muslim Uighur China

Topik Terkait